PERBEDAAN KONSEP KESELAMATAN DALAM PANDANGAN BERBAGAI AGAMA
1. KONSEP KESELAMATAN DALAM KRISTEN
Biasanya setiap
orang Kristen berpendapat bahwa tidak ada keselamatan di luar Yesus Kristus,
bahkan lebih sempit lagi tidak ada keselamatan di luar gereja. Adapun dasar
yang dipakai adalah Yohanes 14:6: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang
pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Yesuslah jalan itu dan di luar
Dia manusia akan tersesat. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran,
tetapi hanya Yesuslah yang dapat mengatakan Akulah kebenaran itu. Orang lain
mengajarkan tentang jalan kehidupan, tetapi hanya dalam Yesus orang menemukan
kehidupan itu. Karena itu hanya Dia saja yang dapat membawa manusia kepada
Tuhan.
Yesus telah menyelamatkan
setiap orang di muka bumi ini dengan penyalibannya 2000 tahun yang lalu dan
bila seseorang menerima Yesus saat ini sesungguhnya orang tersebut sudah
diselamatkan 2000 tahun lalu, namun orang tersebut baru mengulurkan tangannya
saat ini untuk bersatu dengan Yesus, sementara banyak orang lain belum mau
menerima atau menyangkal penebusan yang dilakukan Yesus 2000 tahun yang lalu.
Selanjutnya dalam sisa hidupnya orang tersebut tinggal menjalankan saja
petunjuk-petunjuk sesuai dengan yang diajarkan Yesus maka orang tersebut akan
selamat hingga akhirnya, di saat kematian menjemputnya.
(Efesus 2:8-9)
Segala usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri adalah sia2.Baik Agama ,kesalehan,Ilmu Pengetahuan dan perbuatan baik mustahil untuk menebus dosa2 kita.Manusia tidak dapat diselamatakan dan masuk sorga dengan usahanya sendiri.Keselamatan adalah Anugerah Alah Semata-mata
Segala usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri adalah sia2.Baik Agama ,kesalehan,Ilmu Pengetahuan dan perbuatan baik mustahil untuk menebus dosa2 kita.Manusia tidak dapat diselamatakan dan masuk sorga dengan usahanya sendiri.Keselamatan adalah Anugerah Alah Semata-mata
(Yohanes 3:16)
Tetapi Allah mengasihi orang berdosa.Allah mengutus Yesus untuk memikul dosa manusia di kayu salib(1 petrus 2:24).Siapa yang percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat akan menerima anugerah keselamatan(Roma 10:9-10).Hal inilah yang banyak disangkal karena kebanyakan orang tidak percaya bahwa hanya dengan percaya Yesus akan memperoleh keselamatan banyak orang bilang"Gak mungkin" dan malah mencari jalan susah untuk memperoleh keselamatan padahal Jalan susah itu tidak akan membawa pada keselamatan.
Tetapi Allah mengasihi orang berdosa.Allah mengutus Yesus untuk memikul dosa manusia di kayu salib(1 petrus 2:24).Siapa yang percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat akan menerima anugerah keselamatan(Roma 10:9-10).Hal inilah yang banyak disangkal karena kebanyakan orang tidak percaya bahwa hanya dengan percaya Yesus akan memperoleh keselamatan banyak orang bilang"Gak mungkin" dan malah mencari jalan susah untuk memperoleh keselamatan padahal Jalan susah itu tidak akan membawa pada keselamatan.
Kesimpulan dari pernyataan
yang kita dapat dari pernyataan dan ayat-ayat diatas mengmukakan bahwa menurut ajaran
Kristen juru selamat atau yang bisa menyelamatkan manusia dari siksa dan
dosa adalah Yesus. Dalam Yesus, seseorang telah diselamatkan oleh
penderitaannya di tiang salib, jadi pengikutnya tinggal menjalani saja
perintah-perintahnya dan jangan sampai kejeblos lagi dalam lubang dosa, hingga
ajal menjemputnya.
2. KONSEP
KESELAMATAN DALAM ISLAM
Ajaran Islam meletakkan tatanan kehidupan negara dan
masyarakat yang berpijak pada kebenaran hakiki (hukum Allah dan Rasul-Nya
Muhammad SAW). Dengan pola pijakan keadilan dan ihsan. Pijakan tersebut
akan menggerakkan pada semua aspek perjuangan hidupnya baik ekonomi maupun
hukum serta sains dan teknologi demikian pula kehidupan pemerintah dan sosial
kemasyarakatan, sehingga terbangun tatanan silaturahmi (interaksi islami)
dengan pola kehidupan yang memuaskan serta memberi nilai tambah kemanusiaan
yang hakiki yakni kehormatan. Tatanan kehidupan inilah yang disebut
menyelamatkan, dan tentunya searah dengan arti Islam dalam pendekatan
arti. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pola dan sistem
Islam terbangun untuk kemaslahatan manusia dan alam lingkungannya, sehingga
diperoleh kehormatan serta kebahagiaan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan
perintah Allah SWT :
(Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl : 90).
Perintah Allah
tersebut, hendaknya dapat ditegakkan pada semua aspek tatanan kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga sosial ekonomi, hukum dan
pemerintahan bergerak secara positif bagi kemaslahatan kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berajak dari keadilan yang bernuansa kebajikan, untuk
kehidupan yang penuh rasa syukur dan keharmonisan pada semua kegiatan,
yang pada akhirnya akan membuahkan hasil bagi semua manusia rasa memperoleh
kehormatan dan kehidupan yang membahagiakan. Itulah sebabnya
dikatakan Islam membawa Rahmat itu akan dirasai pula oleh mereka di luar Islam.
Tidakkah kehidupan dewasa ini penuh dengan penyimpangan dan bahkan dapat
dikatakan manusia banyak yang hilang kehormatannya karena melakukan perbuatan
yang hina (menipu, merampok, dan bahkan membunuh) semua itu jika ditelusuri,.
karena mereka
tidak harmonis dan tidak memperoleh kepuasan dalam kehidupannya, dan penyebab
dari ketidak puasan itu adalah ketidak adilan dan tidak diperolehnya kebajikan,
bahkan kita hendaknya berani menyatakan karena jauh atau lepas dari sistem Islam
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW.
Konsepsi Islam
sebenarnya untuk menyelamatkan manusia dan alamnya, dan tidak mungkin ada
konsep yang dapat menandinginya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
(Ajaran Islam
senantiasa utama dan tidak akan ada yang mengunggulinya)
Sabda
Rasulullah SAW tersebut dibuktikan oleh Umar bin Khattab, saat mencapai
kesuksesan yang demikian mengagumkan ( kesejahteraan ekonomi, keamanan dan
keadilan, serta penguasaan Palestina dan berbagai belahan dunia ) saat diberi
pujian, beliau menjawab sesungguhnya yang hebat dan seharusnya kalian kagumi
adalah konsepsi Islam. Sesungguhnya kalian akan terhormat dan disegani jika
benar-benar berpijak pada Islam dan sebaliknya, kalian akan hina karena
melepaskan pijakan Islam. Hal ini sebaliknya bagi penganut ajaran agama lain.
Dari aspek
Iptek, Islam telah mengantar perubahan peradaban manusia dengan berbagai temuan
dan terapan berbagai ilmu pengetahuan dasar, sehingga berbagai permasalahan
manusia dapat teratasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Al-Ghazali (1990),
perkembangan IPTEK setiap hari mengukuhkan keyakinan kita akan kebenaran Nas
Al-Qur’an yang telah meletakkan fikiran manusia pada iklim saintifik serta
membentangkan kondisi-kondisi yang diperlukan. Obyek Al-Qur’an adalah untuk
membentuk manusia dalam melaksanakan tanggung jawab kekhalifahan, memakmurkan
bumi melalui penyingkapan sunnah, penguasaan dan penggunaan serta berurusan
dengan baik bersama Al-Qur’an. Orang mu’min dituntut untuk berfikir, melihat
perubahan yang terjadi dan melakukan percobaan serta memanfaatkannya untuk
kemaslahatan manusia (motivasi amal sholeh) sehingga terdapat perbedaan
mendasar dengan motivasi dan perilaku orang-orang kafir.
Adapun aspek posisi ummat Islam, tentunya akan
kembali kepada kesadaran ummat Islam sendiri, sejauh mana mereka sadar akan
Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk dijadikan pedoman. Sebagaimana Firman Allah SWT,
(Sungguh Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus dari mereka sendiri seorang
Rasul, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)
mereka dengan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya dalam kesesatan nyata). (Ali Imran : 164)
(Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua
agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi). (Al-Fath : 28)
( Pada hari ini telah kusempurnakan
bagimu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku serta telah Ku-ridhai
Islam menjadi agamamu). (Al-Maidah
: 3)
( Sesungguhnya kutinggalkan kepadamu
dua perkara yang engkau tidak akan sesat sedikitpun, yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah).
Ayat dan Hadist tersebut di atas menegaskan kesempurnaan konsepsi
Islam dalam menata dan memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia,
pada semua aspek kehidupan dunia. Hal ini ternyata merupakan kepastian bagi
keselamatan manusia jika mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan Allah SWT serta doa yang telah dijabarkan dan dipraktekkan oleh
Rasulullah SAW. Kepastian keselamatan inilah yang merupakan identitas
dari Ajaran Islam. Yakni keselamatan bagi mereka yang menerima dan
mengamalkannya. Hanya saja sejauh mana manusia menyadarinya secara utuh, agar
dapat memperoleh manfaat atau ni’mat secara utuh pula. Hal ini telah ditegaskan
dalam firman Allah SWT:
Ayat.........
(Wahai
orang-orang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah dan janganlah engkau
mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya dia musuh yang nyata bagimu). (Al-Baqarah : 208).
Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya, terutama
khulafaur rasyidin yang konsisten dengan petunjuk Allah SWT. Sehingga
kehormatan hidup mereka didambakan oleh ummat Islam. Allah memberi pujiannya
sebagaimana firman Allah pada surat Al-Fath ayat 29
(Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu, lihat mereka ruku’ dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu memberikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnyakarena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka pahala dan ampunan yang besar). (Al-Fath :
29).
Kesimpulan dari konsep
keselamatan dalam agama Islam yaitu manusia bisa selamat jika beriman dan
bertaqwa ,memenuhi dan menjalankan Rukun ISLAM (5) dan Rukun IMAN (6)
. Dalam hal ini manusia yang merupakan Umat Muhammad SAW sudah pasti
suatu saaat di akhirat akan merasakan neraka Jahanam yaitu tempat Umat Nabi
Muhammad yang melakukan dosa. Masuk neraka dalam arti membersihkan dosa yang
ada kemudian setelah bersih akan di tempatkan di Surga.
Untuk masuk
surga tidaklah mudah karena manusia bisa masuk surga jika timbangan amal
kebaikan lebih besar daripada timbangan keburukan. Dasar agama Islam
tidak dari Al Qur’an saja tetapi juga Al Hadist dan As Sunnah. Kita tahu semua
makhluk Allah SWT pasti punya dosa ada sebuah yang kisah ditulis dalam Al
hadist, seorang sahabat Rasul berdoa kepada Allah SWT karena merasa sangat
banyak dosanya.
” Ya Allah Ya
Gaffar aku mennghadap bersimpuh kepadamu Ya Allah, begitu banyak dosa yang
hamba lakukan, Ya Allah hamba rela Kau masukkkan hamba d neraka selama 100
tahun, hambapun rela Kau masukkan neraka 1000 tahun dan hambapun rela kau
masukkan neraka selama 10.000 tahun, tapi satu Ya Rab jangan Kau masukkan hamba
ke neraka untuk selamanya. Itulah pernyataan yang menyatakan bahwa setiap
manusia punya dosa yang harus di tebusnya sendiri .
3. KESELAMATAN
DALAM AGAMA BUDHA
Sekilas Tentang
Sejarah Budha.
Gautama Buddha dilahirkan
dengan nama Siddhārtha Gautama (Sansekerta: Siddhattha Gotama; Pali:
"keturunan Gotama yang tujuannya tercapai"), dia kemudian menjadi
sang Buddha (secara
harafiah: orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal
sebagai Shakyamuni atau Sakyamuni
('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai sang Tathagata.
Sekilas Riwayat
Hidup Siddharta Gautama
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman
Lumbini, saat Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sal. Pada saat ia
lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang
lainnya angat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam
keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah
utara, tempat yang dipijakinya tumbuh bunga teratai. Oleh para pertapa di bawah
pimpinan Asita Kaladewala diramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan
menjadi Maharaja Diraja atau akan menjadi seorang Buddha
Hanya pertapa Kondañña yang dengan
pasti meramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar
ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Sang Pangeran
menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan
Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai
melihat empat macam peristiwa, atau ia akan menjadi pertapa dan menjadi
Buddha. Empat
macam peristiwa itu adalah:
1. Orang
tua,
2. Orang
sakit,
3. Orang
mati,
4.
Seorang pertapa.
Ketika beliau berusia 29 tahun, putera pertamanya lahir dan
diberi nama Rahula. Setelah itu Pangeran Siddharta meninggalkan istana,
keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat
membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa
Siddharta berguru kepada Alära Käläma dan kemudian kepada Uddaka Ramäputra,
tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian
beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya
beliau juga meninggalkan cara yang ekstrim itu dan bermeditasi di bawah pohon
Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
Kata-kata
pertapa Asita membuat
Baginda tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya
akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal.
Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar
putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan
berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur
tua, dan kematian. Sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Suatu hari
Pangeran Siddharta meminta ijin untuk berjalan di luar istana, dimana pada
kesempatan yang berbeda dilihatnya "Empat Kondisi" yang sangat
berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Sehingga
Pangeran Siddharta bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, "Apa
arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian.
Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti,
yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya
sementara ini!". Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci
yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Selama 10 tahun
lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolakan batin
Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat
putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan
untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Canna. Tekadnya
telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai
pertapa.
Keselamtan
dalam Agama Budha
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta
Kasih (maitri atau metta) dan Kasih Sayang (karuna) yang diwujudkan oleh sabda
Buddha Gautama, "Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu
adalah kegembiraanku." Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih
dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang
Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, karena telah ada dan
memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam lingkaran hidup roda samsara yang
disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan batinnya. Jalan untuk mencapai
Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang
dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan
duniawi, ia telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan
Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu
1. Berusaha
menolong semua makhluk.
2. Menolak
semua keinginan nafsu keduniawian.
3. Mempelajari,
menghayati dan mengamalkan Dharma.
4. Berusaha
mencapai Pencerahan Sempurna.
Buddha
Gautama pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua
makhluk dengan menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh
tubuh, ucapan dan pikiran, yaitu
· Tubuh (kaya) : pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah.
· Ucapan (vak) : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan
tiada manfaat.
· Pikiran (citta) : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Cinta kasih dan kasih sayang seorang Buddha adalah
cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk seperti orang tua mencintai
anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi terlimpah kepada mereka.
Bagaikan hujan yang jatuh tanpa membeda-bedakan, demikianlah "Cinta Kasih
seorang Buddha".
Akan tetapi
terhadap mereka yang menderita sangat berat atau dalam keadaan batin gelap,
Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus. Dengan Kasih Sayang-Nya, Sang
Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar dan mereka
akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai "Pencerahan
Sempurna". Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta
kasih.
Seorang Buddha memiliki sifat-sifat luhur sebagai
berikut:
1. Bertingkah
laku baik;
2. Berpandangan
hidup luhur;
3. Memiliki
kebijaksanaan sempurna;
4. Memiliki
kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5. Memiliki cara
menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
Buddha Gautama memelihara semangatNya
yang selalu tenang dan damai dengan melaksanakan meditasi. Sang Buddha
membersihkan pikiran mereka dari kekotoran bathin dan menganugerahkan mereka
kegembiraan dengan semangat tunggal yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang
Buddha melampaui jangkauan pikiran manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang
sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap ekstrim dan
prasangka, serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu Beliau dapat
mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang
ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan
seorang yang telah Mencapai Pencerahan Sempurna (Sammasam-Buddha) dan Yang Maha
Tahu (Sugata).
Pengabdian
Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah didalam
berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan
keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Sang Buddha
adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu,
Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau dapat berkhotbah kepada semua
orang, kapanpun dikehendaki-Nya. Sang Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi
sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan
kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka
yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta
mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup.
Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya
sendiri. Buddha Gautama bersabda, "Hanya dengan jalan melalui
kepercayaan, keyakinanlah, mereka akan dapat mengikuti ajaranKu. Karena itu
setiap orang hendaknya mau mendengarkan ajaranKu, kemudian menghayati dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari."
Kesimpulannya Agama Budah
mengajarkan umatnya untuk meniru sifat-sifat luhur Budha mengamalkan Dharma ,
agar mereka memperoeh pencerahan yang sempurna.
Budha pernah
berkhotbah yang isinya antara lain :
· Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang
Buddha;
· Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai
pencerahan hidup;
· Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi;
· Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk
mengendalikan pikiran;
· Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun
pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang;
· Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan
dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan;
· Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti
belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha.
· Mara (setan) dan keinginan
nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia;
· Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani;
· Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi
Pencerahan Sempurna;
· Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan
Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran;
· Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan
mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha;
· Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan,
ditutup-tutupi ataupun diselubungi.
Manusia bisa terhindar dari penderitaan
dengan
. Ber-PENGERTIAN BENAR 2. Ber-PIKIRAN
BENAR 3. Ber-UCAPAN BENAR 4. Ber-PERBUATAN BENAR 5. Ber-MATA PENCAHARIAN BENAR
(umat biasa)/PENGHIDUPA BENAR (bhikkhu,bhikkhuni,samanera,dan samaneri) 6.
Ber-USAHA BENAR 7. Ber-PERHATIAN BENAR 8. Ber-KONSENTRASI BENAR
4. KESELAMATAN
DALAM AGAMA HINDU
Adalah
kewajiban bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya,
intelejensi (kepandaiannya), kekayaannya, kata-katanya, dan pekerjaannya bagi
kesejahteraan mahluk lain"
(Bhagawata Purana : 10.22.35)
Tujuan hidup manusia menurut Weda adalah kebahagiaan yang di dalamnya tekandung makna kesejahteraan, ketertiban, keselamatan dan kebebasan. Secara
khusus tujuan hidup ini dirumuskan sebagai Catur Purusaartha, yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Untuk mencapai tujuan ini Weda menekankan pada upaya-upaya ritual (karmakanda). Upanisad lebih menekankan pada pencapaian kebebasan individu (jivanmukti) melalui jnana yoga, khususnya pengetahuan tentang Brahman dan atman. Bagawad Gita menjadikan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat (lokasamgraha) yang dicapai melalui karmayoga sebagai ajaran sentralnya. (Narayan Champawat).. Lokasamgraha mengisyaratkan, adanya kesadaran sosial dari masing-masing pemeluk Hindu, bahwa pencapaian masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang bebas dari kemiskinan material maupun spiritual, memerlukan adanya kesetiakawanan, solidaritas, saling tolong menolong, (bahasa Bali "salunglung sabayantaka"), atau kesalingterhubungan dari seluruh pemeluk HinduKesadaran, solidaritas sosial dan kesalingterhubungan ini melintasi klan, soroh, marga, dadia, padarman, suku bangsa. Dengan kata lain, setiap pemeluk Hindu, dimanapun dia berada, apapun klan, marga atau suku bangsanya adalah saudara bagi pemeluk Hindu lainnya. Penderitaan seorang pemeluk Hindu, adalah juga penderitaan bagi pemeluk Hindu lainnya. Kebahagiaan bagi seorang pemeluk Hindu adalah juga kebahagiaan bagi pemeluk Hindu lainnya. Solidaritas keumatan ini, dalam masyarakat Hindu di Bali disebut "suka duka".
Doktrin Etik Hindu
Doktrin-doktrin etik (ethical doctrines) pemeluk Hindu didasarkan atas ajaran Upanishad dan pustaka suci tingkat kedua lainnya, seperti Smerti, Itihasa dan Pruana lainnya, yang semuanya bersumber pada otoritas Weda. Sekalipun penekannya pada etika subyektif, Upanisad tidak menolak nilai-nilai dari etika sosial. Misalnya disebutkan : "Seperti bau (harum) yang yang diterbangkan sampai jauh dari sebatang pohon yang dipenuhi bunga, demikian juga aroma perbuatan baik tercium sampai jauh." Beberapa dari kebajikan sosial (social virtues) ini adalah antara lain "keramahan terhadap tamu (hospitality), sopan santun (courtesy), dan kewajiban pada istri, anak-anak dan para cucu
Tindakan-tindakan etik yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial diperintahkan kepada siapa saja yang mengidentifikasikan dirinya dengan dunia dan sadar akan tanggung jawab sosial mereka.
(Bhagawata Purana : 10.22.35)
Tujuan hidup manusia menurut Weda adalah kebahagiaan yang di dalamnya tekandung makna kesejahteraan, ketertiban, keselamatan dan kebebasan. Secara
khusus tujuan hidup ini dirumuskan sebagai Catur Purusaartha, yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Untuk mencapai tujuan ini Weda menekankan pada upaya-upaya ritual (karmakanda). Upanisad lebih menekankan pada pencapaian kebebasan individu (jivanmukti) melalui jnana yoga, khususnya pengetahuan tentang Brahman dan atman. Bagawad Gita menjadikan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat (lokasamgraha) yang dicapai melalui karmayoga sebagai ajaran sentralnya. (Narayan Champawat).. Lokasamgraha mengisyaratkan, adanya kesadaran sosial dari masing-masing pemeluk Hindu, bahwa pencapaian masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang bebas dari kemiskinan material maupun spiritual, memerlukan adanya kesetiakawanan, solidaritas, saling tolong menolong, (bahasa Bali "salunglung sabayantaka"), atau kesalingterhubungan dari seluruh pemeluk HinduKesadaran, solidaritas sosial dan kesalingterhubungan ini melintasi klan, soroh, marga, dadia, padarman, suku bangsa. Dengan kata lain, setiap pemeluk Hindu, dimanapun dia berada, apapun klan, marga atau suku bangsanya adalah saudara bagi pemeluk Hindu lainnya. Penderitaan seorang pemeluk Hindu, adalah juga penderitaan bagi pemeluk Hindu lainnya. Kebahagiaan bagi seorang pemeluk Hindu adalah juga kebahagiaan bagi pemeluk Hindu lainnya. Solidaritas keumatan ini, dalam masyarakat Hindu di Bali disebut "suka duka".
Doktrin Etik Hindu
Doktrin-doktrin etik (ethical doctrines) pemeluk Hindu didasarkan atas ajaran Upanishad dan pustaka suci tingkat kedua lainnya, seperti Smerti, Itihasa dan Pruana lainnya, yang semuanya bersumber pada otoritas Weda. Sekalipun penekannya pada etika subyektif, Upanisad tidak menolak nilai-nilai dari etika sosial. Misalnya disebutkan : "Seperti bau (harum) yang yang diterbangkan sampai jauh dari sebatang pohon yang dipenuhi bunga, demikian juga aroma perbuatan baik tercium sampai jauh." Beberapa dari kebajikan sosial (social virtues) ini adalah antara lain "keramahan terhadap tamu (hospitality), sopan santun (courtesy), dan kewajiban pada istri, anak-anak dan para cucu
Tindakan-tindakan etik yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial diperintahkan kepada siapa saja yang mengidentifikasikan dirinya dengan dunia dan sadar akan tanggung jawab sosial mereka.
Tanpa pengendalian
etika, akan terjadi kekacauan, yang akan merusak pengembangan kebajikan
spiritual. Menurut Upanisad, para dewa, yang merupakan penjaga dari masyarakat,
menaruh halangan di jalan orang-orang yang mencari kebebasan dari samsara, atau
dunia relatif ini tanpa terlebih dahulu melaksanakan tugas dan kewajiban sosial
mereka.
Setiap manusia normal yang dianugrahi dengan kesadaran sosial (social consciousness) mempunyai paling sedikit tiga kewajiban untuk dilakukan : membayar hutang kepada Tuhan dan para dewa; kepada para Reshi, dan kepada
para leluhur. Pelaksanaan dari etika sosial, dalam ukuran yang luas, telah melindungi masyarakat Hindu dari serangan yang berupaya menghancurkannya.
Keadilan dan Kesejahteraan Sosial
Bahkan filosofi Hindu Wedanta mengandung ajaran tentang kedailan sosial. Advaita Wedanta, yang bersifat monisme, menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah Tuhan. Sesuai dengan filosofi ini Tuhan adalah lautan dan jiwa individu adalah ombak dari lautan, yang memiliki identitas sementaranya sendiri, tapi tetap sebagai bagian dari lautan. Sesuai dengan filosofi lainnya, Dwaita, atau dualisme, Tuhan dan manusia adalah terpisah; manusia seperti kendi tanah yang diisi air yang diambil dari lautan yang sama yang adalah Tuhan. Esensi dari hidup- prinsipnya atau kesadaran dari tiap orang adalah sama.
Kedua konsep ini akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuat kita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak saja identik, tetapi sama dengan orang lain. Oleh karena itu kita seharusnya tidak segan untuk menolong orang lain. Tetapi ada perbedaan yang lebar antara ide utama dari filosofi Hindu dan tingkah laku sosial Hindu. Jurang yang lebar antara si kaya dan miskin, dan orang kaya yang tak berperasaan kepada si miskin berlawanan dengan prinsip dari filosofi Hindu. Demikian juga membuat upacara besar dengan biaya mahal, sementara kita acuh tak acuh dengan umat lain yang tidak mampu, adalah berlawanan dengan filosofi Hindu.
Setiap umat Hindu harus empati terhadap kebutuhan orang lain, karena merupakan bagian dari yang lainnya; sebenarnya mereka merupakan bagian dari Tuhan yang sama.
Sarasamuccaya menyebutkan : "dhaarmarthakammamoksanam poranah samsthiitihewanatavah an nighanata kin na hatam raksa bhutahitartha ca" (Sarasamuccaya : 135). Artinya : oleh karenanya usahakanlah kesejahteraan makhluk itu jangan tidak menaruh belas kasihan kepada segala makhluk, karena kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjamin tegaknya catur purushaarta,.
Setiap manusia normal yang dianugrahi dengan kesadaran sosial (social consciousness) mempunyai paling sedikit tiga kewajiban untuk dilakukan : membayar hutang kepada Tuhan dan para dewa; kepada para Reshi, dan kepada
para leluhur. Pelaksanaan dari etika sosial, dalam ukuran yang luas, telah melindungi masyarakat Hindu dari serangan yang berupaya menghancurkannya.
Keadilan dan Kesejahteraan Sosial
Bahkan filosofi Hindu Wedanta mengandung ajaran tentang kedailan sosial. Advaita Wedanta, yang bersifat monisme, menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah Tuhan. Sesuai dengan filosofi ini Tuhan adalah lautan dan jiwa individu adalah ombak dari lautan, yang memiliki identitas sementaranya sendiri, tapi tetap sebagai bagian dari lautan. Sesuai dengan filosofi lainnya, Dwaita, atau dualisme, Tuhan dan manusia adalah terpisah; manusia seperti kendi tanah yang diisi air yang diambil dari lautan yang sama yang adalah Tuhan. Esensi dari hidup- prinsipnya atau kesadaran dari tiap orang adalah sama.
Kedua konsep ini akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuat kita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak saja identik, tetapi sama dengan orang lain. Oleh karena itu kita seharusnya tidak segan untuk menolong orang lain. Tetapi ada perbedaan yang lebar antara ide utama dari filosofi Hindu dan tingkah laku sosial Hindu. Jurang yang lebar antara si kaya dan miskin, dan orang kaya yang tak berperasaan kepada si miskin berlawanan dengan prinsip dari filosofi Hindu. Demikian juga membuat upacara besar dengan biaya mahal, sementara kita acuh tak acuh dengan umat lain yang tidak mampu, adalah berlawanan dengan filosofi Hindu.
Setiap umat Hindu harus empati terhadap kebutuhan orang lain, karena merupakan bagian dari yang lainnya; sebenarnya mereka merupakan bagian dari Tuhan yang sama.
Sarasamuccaya menyebutkan : "dhaarmarthakammamoksanam poranah samsthiitihewanatavah an nighanata kin na hatam raksa bhutahitartha ca" (Sarasamuccaya : 135). Artinya : oleh karenanya usahakanlah kesejahteraan makhluk itu jangan tidak menaruh belas kasihan kepada segala makhluk, karena kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjamin tegaknya catur purushaarta,.
Empat tujuan
hidu, yaitu dharma, artha, kama dan moksha; jika mau mencabut
nyawanya mahkluk betapa itu tidak musnah olehnya; demikianlah orang yang menjaga kesejahteraan makhluk itu, dia itulah yang disebut menegakkan catur warga (catur purusharta); dinamakan abhutahita, jika sesuatunya itu tidak terjaga atau terlindungi olehnya.
Selanjutnya Sarasamuccaya mengatakan : "dhanani jivitam caica parathe prajna utasrajet, sannimittaan varam tyago viace niyate sati" (Sarasamuccaya : 175). Artinya : "Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya, tidak sayang merelakan kekayaannya bahkan nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah dia bahwa kematian pasti datang dan tidak ada sesuatu yang kekal; oleh karena itu adalah lebih baik berkorban demi untuk kesejahteraan umum."
Dalam Agama Hindu konsep keselamatan dipandang dari segi berbuat baik kepada sesama manusia kepada istri, kepada, anak , cucu. Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tidak boleh menghina, mengamalkan ilmu yang di miliki untuk ornang lain.
nyawanya mahkluk betapa itu tidak musnah olehnya; demikianlah orang yang menjaga kesejahteraan makhluk itu, dia itulah yang disebut menegakkan catur warga (catur purusharta); dinamakan abhutahita, jika sesuatunya itu tidak terjaga atau terlindungi olehnya.
Selanjutnya Sarasamuccaya mengatakan : "dhanani jivitam caica parathe prajna utasrajet, sannimittaan varam tyago viace niyate sati" (Sarasamuccaya : 175). Artinya : "Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya, tidak sayang merelakan kekayaannya bahkan nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah dia bahwa kematian pasti datang dan tidak ada sesuatu yang kekal; oleh karena itu adalah lebih baik berkorban demi untuk kesejahteraan umum."
Dalam Agama Hindu konsep keselamatan dipandang dari segi berbuat baik kepada sesama manusia kepada istri, kepada, anak , cucu. Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tidak boleh menghina, mengamalkan ilmu yang di miliki untuk ornang lain.
Adalah kewajiban
bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya, intelejensi
(kepandaiannya), kekayaannya, kata-katanya, dan pekerjaannya bagi kesejahteraan
mahluk lain"
(Bhagawata Purana : 10.22.35)
(Bhagawata Purana : 10.22.35)
5. KESELAMATAN
DALAM AGAMA KONGHUCU
Dalam Agama
Khonghucu konsep Ketuhanannya adalah Monoteis, artinya Esa atau tunggal. Ini
tercermin dalam menyebut nama Tuhan d engan Thian atau dalam bahasa kitabnya
disebut dengan Tien ini terdiri dari 2 (dua ) akar kata yaitu Iet atau
tunggal/esa dan =Tay atau besar, jadi seluruh huruf ini berarti Satu yang maha
besar dan dengan kata lain : Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut di atas
dibuktikan secara jelas dalam ajaran Agama Khonghucu, misalnya : Dalam Delapan
Keimanan atau Pat Sing Ciam Kwie bagian pertama : Sing Sien Hong Thian =
Sepenuhnya Iman Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa, begitu pula di dalam doa
umum maupun doa upacara kematian/Song Su dan doa upacara pernikahan/Hoo Su,
selalu terlebih dulu menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha besar Ditempat yang
Maha Tinggi, setelah itu baharu menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha besar
ditempat Yang Maha Tinggi, setelah itu baharu menyebut : Dengan Bimbingan Nabi
Khongcu, serta diakhiri dengan ucapan : Sian Cay, yang artinya semoga
demikianlah sebaiknya. Juga diimplementasikan /dijabarkan dalam ucara besar
kehadirat Thian Yang Maha Esa :
1. King Thi
Kong/ Sembahyang Besar Tuhan Allah Iemlik bulan I tanggal 8 menjelang tanggal
9, dilaksanakan saat Cu Si Pk 23.00-01.00.
2. Cio
Thao/Sembahyang Kehadirat Thian YME, yang dilakukan mempelai sebelum bertemu
dengan pasangannya,waktunya antara Pk 03.00 pagi, di rumah masing-masing calon
mempelai.
3. Sam
Kay/Sembahyang Kehadirat Thian YME,saat mempelai bertemu satu dengan lainnya.
Sebelum mempelai menerima Liep Gwan Perinahan di Lithang.
Ibadah
kehadirat Thian Yang Maha Esa yang berkaitan pula ibadah kepada Nabi dan Para
Suci antara lain :
1. Ibadah Siang
Gwan/Cap Go Meh, setiap Iemlik bulan pertama tanggal 15 malam, dikala bulan
purnama raya. Karena Ibadah siang Gwan Siauw ini melambangkan saat mulai
diturunkan berkah Thian atas penghidupan dalam tahun baru yang bersangkutan,
maka biasa dilakukan upacara sembahyang besar bagi Para Suci/Sien Bing untuk
keselamatan serta perlindungan masyarakat luas. Baik dalam kehidupan maupun
penghidupannya.
2. Ibadah Twan
yang/Hari Kehidupan, dilaksanakan pada Iemlik bulan V tanggal 5, pada saat Ngo
Si, antara Pk 11.00 -13.00 ; di samping Ibadah besar kehadirat Thian juga
menghormati khut Gwan para suci yang semasa hidupnya telah mewujudkan secara
nyata Satyanya keapda Tuhan maupun bangsa dan negaranya.
3. Ibadah
Tangcik/Hari Genta Rohani (Bok Tok), Cie Ya Sing Kie Sien. Dilaksanakan pada
tanggal 22 desember, dikala matahari terletak pada garis balik 23 1/2 derajat
Lintang Selatan, saat Ien Si antara Pk 03.00 -05.00. Di samping sembahayang
besar kehadirat Thian dengan altar King Thi Kong yang sesaji tabu diganti
sepasang bambu kuning yang melambangkan keabadian, juga ada disajikan khusus
ronde/onde dengan kuah jahe manis sebanyak 3 mangkuk @ 12 ronde kecil merah dan
putih serta ditengahnya diberi satu ronde merah besar yang melambangkan rakhmat
Thian YME yang dilimpahkan selama satu tahun yang terdiri dua belsa bulan !
Ibadah ini juga memperinagti awal Nabi Khongcu melakukan tugas kenabiannya
serta pula memperingati wafat Ya Sing Bincu Penegak Agama Jie yang konsekwen
dengan ajaran Nabi ! **
Ajaran Konghucu
lebih banyak mengajarkan untuk bersembayang untuk memperoleh keselamatan,
selain itu juga sama dengan agama lain mengajarkan untuk berbuat baik kepada semua
makhluk.
good bro
BalasHapusterima kasih atas informasinya
overall bagus bgt
kompor gas
makasih bro
BalasHapuswah mantap Na, Semangat!
BalasHapusYa sangat baik sehingga orang dapat memilih keselamtan yang pasti yg ada dasar yg Theologis dan masuk akal,jadi tidak terjebak pada Emosi saja dan hanya katanya.
BalasHapus