Pembangunan ekonomi
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan pendudukdan disertaidengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara.Pembangunan ekonomi tak dapat
lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikankapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikanpendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomiapabila terjadi peningkatan GNP riil di negara
tersebut. Adanya pertumbuhanekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannyalebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam
standar pendapatan dantingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebihbersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapatperubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi
input pada berbagaisektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan,
dan teknik.
Pembangunan Ekonomi
Pengertian
dari pembangunan ekonomi :
1.
Merupakan
proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha
meningkatkan produk per kapita.
2.
Memperhatikan
pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
3.
Memperhatikan
pertambahan penduduk.
4.
Meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
5.
Pembangunan
ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
6.
Setiap input
selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan
kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Permasalahan
:
Tingkat
penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita,
yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Negara-negara
berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan
oleh:
- Pendidikan
masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
- Jumlah
penduduk banyak.
- Besarnya
angka ketergantungan.
Berdasarkan
pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
- Negara
kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
- Negara
sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
- Negara
miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Dampak
rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap pembangunan adalah:
1.
Rendahnya
daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang
baik.
2.
Tingkat
kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya banyak
dinikmati kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
a.
Menekan laju pertumbuhan penduduk.
b.
Merangsang
kemauan berwiraswasta.
c.
Menggiatkan
usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
d.
Memperluas
kesempatan kerja.
e.
Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan
barang dan jasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan serta pemberlakuan UU Nomor 32 tahun 2004, sebagai amandemen UU Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah yang memungkinkanpenyelenggaraan otonomi daerah dengan kewenangan yang lebih luas, nyata danbertanggung jawab kepada Daerah menjadi landasan perlunya sistem
perencanaan pembangunan nasional. Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah jugamembawa konsekuensi diperlukannya langkah
koordinasi dan pengaturan untuklebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah, maupun pembangunan
antar daerah. Untukmenjawab kebutuhan-kebutuhan diatas, pada tanggal 5 Oktober 2004 Pemerintah dengan persetujuan DPR menerbitkan Undang-Undang
Nomor 25tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Melalui UUNomor 25 tahun 2004, bangsa Indonesia memasuki era
baru dalam sejarah pembangunan nasional untuk menjamin kegiatan pembangunan yang berjalansecara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negarasebagaimana diamanahkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah
penduduk. Jumlah pendudukIndonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, meskipun laju
pertumbuhannyadapat dikendalikan sehingga semakin menurun.
SDM Indonesia dalam Persaingan Global Sumberdaya
manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana
menciptakan SDM yang berkualitas danmemiliki keterampilan serta berdaya saing
tinggi dalam persaingan global yangselama ini kita abaikan.Adanya ketimpangan
antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998)
sekitar92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya
sekitar87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka
(openunemployment Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan.
Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang
akan dihadapi bangsaIndonesia antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut: Produksi, di manaperusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksimenjadi lebih rendah. Hal ini
dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usahadan politik yang kondusif, Pembiayaan.
Perusahaan global mempunyai akses untuk memperolehpinjaman atau melakukan investasi
(baik dalam bentuk portofolio ataupunlangsung) di semua negara di
dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalammemperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama
mitrausaha dari mancanegara. Tenaga kerja.
Perusahaan
global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti
penggunaan staf profesional diambil daritenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau
buruhdiperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human
movementakan semakin mudah dan bebas. Jaringan informasi. Masyarakat suatu
negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi,antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringankomunikasi yang semakin
maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagaibelahan dunia untuk barang yang sama.
Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento,Mac Donald, dll melanda pasar di
mana-mana.Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penghapusan berbagai
hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatanperdagangan dan persaingan menjadi
semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksimenjadi semakin cepat karena
“less papers/documents” dalam perdagangan, tetapidapat mempergunakan jaringan teknologi
telekomunikasi yang semakin canggih. Dengan kegiatan bisnis korporasi
(bisnis corporate) di atas dapat dikatakanbahwa globalisasi mengarah pada
meningkatnya ketergantungan ekonomian Atar negara melalui peningkatan volume
dan keragaman transaksi antarnegara(cross-border
transactions) dalam
bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional(international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang cepat.
Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir
pasti telah merupakan salah satukekuatan yang memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat,
kehidupanmanusia, lingkungan kerja dan kegiatan bisnis corporate di Indonesia. Kekuatanmekonomi global menyebabkan
bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usahaMasalah
daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan
tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan dayasaing yang tinggi
niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia,
tidakakan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat
mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar yangbersaing,
keunggulan kompetitif.
Realitas globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi bagipengembangan SDM di Indonesia. Salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saingekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila
didukung oleh SDM yang handal.Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan.Sebab dalam hal
ini pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokokdalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan.
Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun
sikap mental, sehingga dapatmenjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangkaglobalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing
dalam SDM semakin menjadi faktorpenting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan.Salah satu problem struktural
yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan
merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi.
Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal inisejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan
ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang kondusif bagi pengembangan SDM,
sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengantolok ukur kualitatif
pendidikan. Problem utama dalam pembangunan sumberdaya manusia adalah terjadinya missalocation of human resources. Pada era sebelum reformasi,
pasar tenaga kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana
tenaga kerja yang ada cenderungmemasuki dunia kerja yang
bercorak konglomeratif yaitu
mulai dari sektor industri manufaktur sampai dengan perbankan. Dengan
begitu, dunia pendidikan akhirnya masuk dalam kemelut ekonomi politik, yakni terjadinya kesenjangan ekonomi yang diakselerasi
struktur pasar yang masih terdistorsi.Kenyataan menunjukkan banyak
lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malahmemperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang mempertajamkesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi
SDM terbatas pada struktur pasaryang sudah
ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisimakro
ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari bahwa visi pengembangan
SDM melalui pendidikan terkait dengan kondisi ekonomipolitik yang diciptakan pemerintah.Sementara pada pasca reformasi belum ada proses egalitarianisme SDM yang dibutuhkan oleh struktur bangsa yang dapat memperkuat kemandirian bang sa.Pada era reformasi yang terjadi barulah relatif tercipta reformasi
politik dan belumterjadi reformasi ekonomi yang substansial terutama dalam memecahkan problemstruktural seperti telah diuraikan di atas. Sistem politik multipartai yang telahterjadi
dewasa ini justru menciptakan oligarki partai untuk mempertahankankekuasaan.
Pertanyaannya sekarang adalah bahwa keterlibatan Indonesia pada liberalisasi perdagangan
model AFTA, APEC dan WTO dalam rangka untuk apa? Bukankah harapannya dengan keterlibatan
dalam globalisasi seperti AFTA, APEC dan WTO masalah kemiskinan dan pengangguran akan terpecahkan. Dengan begitu, seandainya bangsa
Indonesia tidak bisa menyesuaikan terhadap berbagai kondisionalitas
yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa dengan hanya mengandalkan sumberdaya
alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadibukannya
terselesaikannya masalah-masalah social ekonomi seperti kemiskinan,pengangguran dan kesenjangan ekonomi, tetapi akan semakin
menciptakan ketergantungan
kepada negara maju.Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi
yangmengintegrasikan
pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide link and match yang tujuannya untuk menghubungkan
kebutuhan tenaga kerja dengan dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas
kurikulum sekolah yang memadai untuk menciptakan lulusan yang siap pakai.
Yang lebih penting dalam halini adalah strategi
pembangunan dan industrialisasi secara makro yang seharusnya berbasis sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumber daya alam (SDA). Kalaustrategi ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan karena
terjebak berkelanjutannya ketergantungan kepada utang luarnegeri, teknologi,
dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalamkerangka mikro hanya semakin memperkuat proses ketergantungan
tersebut.Bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki
posisiwilayah yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan luaslaut 2/3 dari luas total wilayah; namun tidak mampu mengembalikan manfaatsumber kekayaan
yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi pembangunanyang diciptakan tidak membangkitkan local genuin.
Yang terjadi adalah sumber kekayaan alam Indonesia semakin
mendalam dikuasai oleh asing. Sebab meskipun andai kata bangsa ini juga
telah mampu menciptakan SDM yang kualifaid terhadap semua level
IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak berbasis
pada sumberdaya yang dimiliki (resources base), maka ketergantungan keluar akan
tetap berlanjut dan semakin dalam.Oleh karena itu harus ada shifting paradimn, agar proses pembangunanmampu
mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA danbisa semakin
memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut punterjadi di
berbagai daerah, maka harus ada koreksi total kebijakan pembangunan ditingkat
makro dengan berbasiskan kepada pluralitas daerah. Dengan demikian harapannya
akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebutuhan danpenguatan
masyarakat lokal.
Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan menjadi perpanjangan sistem kapitalisme global
dengan mengorbankan kepentingan lokal dan nasional.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pembangunanekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokanmenjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pembangunanekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumberdaya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang
meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca,
hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangatmempengaruhi pertumbuhan
industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan
mentah dari alam, menjadi sesuatu yangmemiliki nilai lebih tinggi (disebut
juga sebagai proses produksi).Sumber daya manusia juga menentukan
keberhasilan pembangunan nasionalmelalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah
penduduk yang besar merupakanpasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil
produksi, sementara kualitaspenduduk menentukan seberapa besar produktivitas
yang ada.Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengolahbahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan
untukmenggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa
barang-barangmodal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomikarena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang
ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan
berlaku.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Pertumbuhan ekonomi
tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber daya manusia yang memadai.
Sebaliknya, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga tidak akan tercapai
tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia.Segitiga
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, pengendalian pertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus
dikelola pemerintah secarabersama-sama dan terintegrasi
Itulah konsep pembangunan berwawasan kependudukan
dalam rangkamewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk harus ditempatkan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan. Selama periode
2004-2009, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkanantara 4,5 persen sampai
6,0 persen. Dan target pertumbuhn ekonomi pada masa
pemerintahan yang baru adalah 7-9 persen priode 2014-2019. Pertumbuhan ekonomi
sebesar itu diperkirakan hanya dapat menyerap angkatan kerja baru sekitar satu
sampai satusetengah juta pekerja saja. Pada masa lalu, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen mampu
menyerap sekitar 400.000 pekerja. Namun, pada saat ini diperkirakan hanya mampu menyerap
sebanyak 250.000 sampai 300.000 pekerja baru. Sementara angkatan kerja baru setiap tahun
bertambah 2,5 juta orang.
Komentar
Posting Komentar